Monday, September 21, 2020

Sejarah Perkebunan Tembakau di Temanggung

 

Pekebunan Tembakau era Kolonial. sumber staff.ugm.ac.id
 

            Sejarah perkebunan di Temanggung telah dimulai sejak zaman kolonial Belanda. Diawali dengan diperkenalkannya tanaman-tanaman dari luar Nusantara yang lalu diuji coba untuk di tanam di Hindia oleh pemerintah kolonial. Tanaman-tanaman tersebut tentu bernilai jual tinggi dan merupakan komoditas penting di pasar internasional.

             Oleh karena itu, maka pemerintah kolonial mencoba menanamnya di beberapa daerah di Hindia. Temanggung merupakan daerah dataran tinggi yang indah di lereng Gunung Sindoro, dengan tanah warna coklat yang subur serta hawa yang dingin. Dengan kondisi alam pegunungan yang dingin tersebut, Temanggung sangat mendukung untuk ditanami tanaman kopi, teh, dan tembakau, yang mana tanaman-tanaman tersebut sangat menguntungkan bagi pemerintah kolonial. Hasil dari tanaman teh, kopi, dan tembakau memiliki nilai jual yang lumayan tinggi di pasar internasional. Tembakau mulai diujicoba tanam secara besar-besaran di Hindia pada tahun 1830 oleh Van de Bosch, namun mengalami kegagalan. Pada tahun 1856, pemerintah kembali menguji coba tanam tembakau dan kali ini terbilang berhasil. Sejak saat itu tembakau menjadi hasil bumi yang penting bagi pemerintah, juga bagi rakyat.Kegiatan perkebunan di Temanggung marak pada sekitar abad ke 19, sebelum dan sesudah Perang Diponegoro. Pasca Perang Diponegoro kegiatan pembangunan dan perkebunan semakin digenjot untuk menambal kerugian pemerintah akibat perang, maka dimulailah kerja paksa dan sistim tanam paksa. Pemerintah kolonial memerintahkan rakyat untuk bekerja membangun infrastruktur yang rusak pasca perang, di samping itu juga menggenjot sektor pertanian dan perkebunan serta menerapkan pajak yang tinggi kepada rakyat.
            Pada masa itu wilayah Karesidenan Kedu terkena dampak yang berat, termasuk juga Temanggung yang masuk wilayah Karesidenan Kedu, hal itu karena daerah ini merupakan Karesidenan dengan penduduk banyak serta tanah yang subur, sehingga produktivitas dapat digenjot tinggi. Hingga saat ini Temanggung masih giat dalam sektor pertanian dan perkebunan dengan hasil bumi tembakau dan sayur-sayuran. Julukan Kota Tembakau disematkan pada daerah ini sebagaimana hasil buminya yang terkenal yaitu tembakau, tentu saja tembakau berkualitas. Pada musim-musim tertentu dan apabila cuaca mendukung para petani tembakau dapat menghasilkan tembakau dengan kualitas yang semakin tinggi, yaitu tembakau srintil, tembakau srintil ini berwarna hitam dan sangat harum dan tentu bernilai jual tinggi.
            Kecamatan Ngadirejo,Temanggung, adalah kecamatan di lereng Gunung Sindoro yang dingin, karunia Tuhan ada disematkan di sana, berupa alam pegunungan yang indah serta tanah yang subur, hijau dan hijau, segala apapun di sana adalah karunia Tuhan, juga seluruh kehidupan ini. Bagi anda yang tidak tahu menahu, coba tengoklah ke sana, anda akan mendapatkan sensasi baru dalam hidup ini, nisaya akan terucap syukur dan takjub atas ciptaan Tuhan.Sindoro merupakan sebuah gunung yang memberikan kesuburan bagi tanah-tanah di sekitarnya. Gunung Sindoro dahulunya adalah gunung berapi aktif tetapi kini sudah tidak lagi, namun masih aktif memberikan penghidupan bagi warga sekitar. Sindoro menjulang tinggi, Sindoro menjual mimpi, Sindoro menjawab mimpi.
Itulah Sindoro, yang dahulu pernah erupsi, dan di gunung mana pun yang pernah erupsi pasti setelahnya memberi berkah kesuburan tanah. Dari tanah-tanah tersebut diolah oleh warga menjadi sumber kehidupan mereka, menjadi tempat mereka berharap, menjadikan mereka bisa bermimpi dan meraih mimpi.Kecamatan Ngadirejo berada di lereng Gunung Sindoro sebelah timur. Penduduk di sekitar sini mayoritas mata pencahariaannya adalah bertani, ketika musim kemarau mereka menanam tembakau, dan ketika musim berganti tanaman pertanian juga ikut berganti, ada tanaman lombok,sayur-sayuran, dan lain-lain. Rumah-rumah warga di sini rata-rata memiliki ‘dek cor’ atau bertingkat dua yang mana bagian atasnya tidak dibangun bangunan hanya dibiarkan rata, pada lantai dua terbut digunakan untuk menjemur tembakau ketika musimnya tiba. Berkunjunglah ke sana dan nikmatilah, berjalan-jalan di kampung-kampung sana ketika musim tembakau akan banyak warga yang menjemur tembakau sehingga bau tembakau yang harum akan mudah tercium. Pemandangan ketika itu juga menarik, berjajar-jajar irisan wadah tembakau di atas rumah, di depan rumah, dan di sekitar rumah, di bawah naungan langit dan Sindoro yang menjulang tinggi. Sungguh menjadi pemandanganyang indah

No comments:

Post a Comment