Monday, September 21, 2020

Meluruskan Pandangan Bahwa Amerika Kalah dalam Perang Vietnam.

 


Sedikit bacaan untuk orang-orang yang sampai saat ini hanya ingin tahu bahwa “US kalah dalam Perang Vietnam” karena mereka ditarik mundur, tanpa ingin mencaritahu lebih lanjut apa yang sebetulnya terjadi.

Sebuah perang dimulai dengan deklarasi perang –atau dalam kasus keterlibatan US di Vietnam, dengan ijin Kongres untuk penggunaan kekuatan militer yang dijuluki AUMF (authorization for the use of military force). Untuk US, perang secara resmi dinyatakan dalam bentuk AUMF di Resolusi Teluk Tonkin, setelah terjadinya Insiden Teluk Tonkin. Namun, AUMF memiliki batasan-batasan yang jelas tentang sejauh mana sebuah perang dapat dibawa, dan tindakan apa yang bisa diambil.
Niatan US dalam konflik ini hanyalah untuk mempertahankan Vietnam Selatan, tidak untuk menaklukan apalagi menghancurkan Vietnam Utara. Ada kekhawatiran bahwa serangan langsung ke Vietnam Utara akan berujung pada keterlibatan penuh China dan Soviet, seperti pada apa yang terjadi di Perang Korea. Keseluruhan objektif di-minimalisasi menjadi bersifat defensif. Ini adalah salah satu bentuk penahanan diri yang dilakukan oleh US karena kekhawatiran bahwa konflik ini dapat berujung ajang pertukaran nuklir, terutama mengingat China telah mengetes senjata nuklirnya setahun sebelum Resolusi Teluk Tonkin. Karena tidak melihat peluang baik dari sebuah open-ended war, Kongres lebih memilih untuk membatasi konflik ini menjadi perjuangan defensif dengan limitasi yang jelas.
9 tahun setelah dimulai, perang ini berakhir bagi US. Apa yang terjadi? Apakah penandatanganan penyerahan diri tanpa syarat yang dapat membenarkan pernyataan bahwa “US kalah di Vietnam”? Tidak –melainkan penandatanganan suatu perjanjian perdamaian bernama Paris Peace Accords.
Setelah Tet Offensive di tahun 1968, keberadaan Vietcong di Selatan telah dihancurkan. Tet Offensive ditujukan untuk menyulut pemberontakan umum di Selatan, namun hal ini gagal dicapai, dan banyak korban dari sisi komunis yang jatuh. Untuk dua tahun selanjutnya, insurgensi VC ditarget dan dimusnahkan. Pada tahun 1970, sudah banyak pusat populasi di Selatan yang dikontrol pemerintah Vietnam Selatan, desa-desa dilindungi oleh RUF/PUF, dan hampir tidak ada bahaya untuk mereka yang berpergian ke pedesaan. Insurgensi berhasil ditekan.
Tahun 1972, Vietnam Utara mencoba untuk merebut Selatan lewat Easter Offensive. Ini dilakukan setelah mayoritas unit darat US telah diangkut dari negara tersebut. Kebijakan “Vietnamisasi” telah menjadi kebijakan politik utama, dan ARVN harus mempertahankan daratnya sendiri. US masih memberi dukungan dari udara dan laut. Invasi Vietnam Utara ini berhasil dihentikan, namun kehancuran yang mereka derita ini membuat mereka memikirkan opsi untuk “bertarung” saja di meja diskusi. Mereka perlu lagi jeda selama 3 tahun tanpa disentuh oleh US sebelum dapat melancarkan kembali serangan mayor.
Serangan Tet menghancurkan seluruh kekuatan Vietnam Utara. www.history.com

Vietnam Utara telah setuju pada beberapa poin untuk perdamaian di tahun 1972, namun menolak di kala momen penandatanganan resmi mendekat. Mereka mempertahankan posisi mereka bahwa pemerintahan Vietnam Selatan illegal, dan negara tersebut tidak punya hak untuk ada. Jadi mereka menolak untuk terbang ke Paris dan menandatangani perjanjian formal…
…hingga US melancarkan Operation Linebacker II di tahun 1972. Setelah itu, tidak hanya Utara setuju untuk kembali ke Paris, namun mereka juga setuju untuk mengakui pemerintahan dan negara Vietnam Selatan. Mereka setuju untuk menghentikan segala aksi militer terhadap Selatan, serta memperbolehkan orang-orang Selatan memilih nasib mereka sendiri. Mereka tidak lagi memaksakan kehendak terhadap US/Vietnam Utara, insurgensi mereka telah dihancurkan, dan militer konvensional mereka dapat dibendung. Tidak ada apa-apa lagi yang bisa dilakukan.
Paris Peace Accords secara efektif melepas US dari konflik ini. Draft dihentikan, dan Kongres tak lagi mendanai konflik di Vietnam. Setelah perjanjian damai ditandatangani, semua sumber daya dan uang yang ditujukan untuk perang berhenti mengalir. US mundur dari Vietnam dengan harapan jaminan, bahwa Vietnam Utara tidak akan menggilas Selatan setelah US mundur dari sana. Untuk mengawasi pelaksanaan perjanjian tadi, didirikanlah International Commission of Control and Supervision.

Paris Accords
Apakah janji tadi dipegang oleh Utara?
Rupanya tidak –pelaksanaan perjanjian ini acapkali diacuhkan oleh Vietnam Utara, dan mereka jelas-jelas bersiap untuk menginvasi Selatan. Tidak ada tindakan yang tegas dari komunitas internasional, maupun US yang tidak lagi dapat membantu Vietnam Selatan. Pada Desember 1974, Vietnam Utara akhirnya menginvasi Selatan dan melanggar perjanjian damai yang telah ada…sekali lagi, tanpa respon tegas dari siapapun di komunitas internasional. Selatan jatuh ke tangan mereka di tahun 1975, yang ditandai dengan evakuasi massal kota Saigon.
Kejatuhan Saigon. Tank Vietnam Utara mendobrak istana presiden Vietnam Selatan 30 April 1975. kompas.com

Perang US dengan Vietnam Utara berakhir pada Paris Peace Accords tanggal 27 Januari 1973. Vietnam Selatanlah yang kalah dalam melawan perang dengan Utara, sehingga akhirnya ditaklukan. Bagaimana US dapat kalah dalam sebuah perang yang tidak lagi melibatkan mereka?
Vietnam Utara berhasil mencapai tujuannya dengan mengalahkan Selatan dan menyatukan negara mereka lewat reunifikasi paksa. Sedangkan bagi US, tujuan mereka bukanlah mengalahkan Vietnam Utara, seperti yang telah disebut di awal. Tujuan mereka hanya mencapai posisi negosiasi yang dapat menjamin keberlangsungan dan keamanan bagi Vietnam Selatan.
Selanjutnya, mari berbicara tentang aspek politik internal –satu penyebab utama yang berujung pada mundurnya US dari Vietnam.
Secara militer, jelas bahwa US/Vietnam Selatan tidak kalah dari Vietnam Utara. Namun seiring waktu berjalan, dukungan publik terhadap perang yang sedang berlangsung menurun. Ini dikarenakan depiksi media yang luas akan konflik yang sedang berlangsung ini “mengecat” kengerian dalam pertempuran sedemikian rupa, sehingga menyulut sentimen anti-perang dan gerakan pasifis di mainland US sendiri. Terjadi demonstrasi, anti-war rally dan pemberitaan dalam negeri yang menggerogoti usaha perang US secara politk
Liputan media terhadap situasi di Vietnam berada dalam skala yang tidak pernah dihadapi sebelumnya. Media melakukan pembentukan opini publik sedemikian rupa sehingga effort perang US di Vietnam dilihat sebagai sesuatu yang negatif, dan selalu mendapat publikasi yang jelek. Salah satu contohnya adalah foto eksekusi Nguyen Van Lem, seorang VC yang membunuh istri dan enam anak Vietnam Selatan dalam Tet Offensive (https://en.wikipedia.org/…/Execution_of_Nguy%E1%BB%85n_V%C4…).
Bisa dibayangkan sendiri bagaimana reaksi orang yang berpikiran pendek tanpa keinginan mencaritahu konteks dibalik gambar tersebut.
Bila US adalah sebuah negara sosialis, mungkin ketidaksukaan publik terhadap perang yang sedang berlangsung bisa ditekan dan rakyat dipaksa untuk diam dan mendukung. Namun US adalah sebuah negara dengan sistem demokratis yang mengedepankan kebebasan berpendapat. Keadaan dengan publik ini berujung pada pergantian kebijakan yang diterapkan oleh kepemimpinan US. Ini mencapai puncaknya dengan “Vietnamisasi” yang diterapkan oleh Nixon, dimana keberadaan militer US di Vietnam memang dikurangi secara bertahap…sedangkan China dan Soviet justru meneruskan dukungannya terhadap Utara tanpa batasan. Perang Dunia II mengingatkan kita akan bagaimana sebuah negara mampu melepas potensial sepenuhnya bila memiliki power ekonomi dan militer yang besar, serta didukung oleh niat dan kemauan warganya. US mampu mencapai hal ini di tahun 1941-1945, dan berpartisipasi dalam perang di beberapa front sekaligus. Sekutu mampu mencapai kemenangan, dan US pun tumbuh sebagai superpower setelah berakhirnya konflik ini. Jelas hal yang sama tidak terulang pada Perang Vietnam.
Sumber : https://www.quora.com/profile/Brian-K-Price/BK%E2%80%99s-Soap-Box/Vietnam-and-the-ending-of-wars

No comments:

Post a Comment