Perjanjian Molotov-Ribbentrop |
Jenderal Von Seeckt, yang tak diragukan lagi tertarik dengan hubungan Jerman dengan Uni Soviet, sepertinya menghindari hubungan langsung dengan Soviet hingga akhirnya Soviet kalah di tangan Polandia pada musim panas 1920. Pada Agustus 1920, Rusia menggunakan kawan von Seeckt, Enver Pasha, untuk menyuarakan kemungkinan kerjasama militer kepada Reichswehr atau Angkatan Bersenjata Jerman di era Republik Weimar. Hal ini nampaknya diindikasikan dari sebuah surat oleh Baron von Maltzan (orang terkemuka di Kementerian Luar Negeri mengenai kerjasama terhadap Rusia), di mana dia menyatakan bahwa Jerman telah menjalin kontak (Tuchfiihlung) dengan tentara Soviet selama perang Soviet-Polandia.
Kerjasama kongkrit, berdasarkan pada sumber-sumber yang didapat, terjadi selama 1921. Dikatakan bahwa pada awal 1921, dibentuk seksi khusus yang mengurus segala urusan yang terkait dengan Rusia di Kementerian Reichswehr (Sondergruppe R) dan pada musim semi tahun itu pembicaraan dimulai antara anggota Reichswehr (von Niedermayer, Tschunke, von Schubert, von Schleicher, Hasse dan von Seeckt) dengan perwakilan Rusia (Kopp, Krassin, Karakhan, Radek dan lain-lain). Kegunaan negosiasi ini adalah untuk mencapai kesepakatan dengan Jerman akan menyediakan dukungan finansial dan teknis untuk membangun industri persenjataan Rusia (yang mungkin melibatkan perusahaan Jerman seperti Krupp atau Junkers) dan memperoleh amunisi artileri dari Rusia yang dilarang dibuat berdasarkan Perjanjian Versailles. Diskusi awal di pihak Jerman seluruhnya dibawah arahan militer, tapi Joseph Wirth selaku Kanselir Jerman waktu itu tetap dikabarkan dan dimintai restunya tanpa melibatkan kabinetnya dan Presiden Ebert dalam rahasia-rahasia militer. Baron von Maltzan sedang berkonsultasi, suatu hari sebelum September 1921, dengan Wirth dan dua anggota terkemuka Reichswehr terkait negosiasi Jerman dengan Soviet. Menurut Maltzan, langkah-langkah ini adalah “...demi kepentingan kebijakan Rusia-Jerman.” Tetapi, Kementerian Luar Negeri dan perwakilan Jerman di Moskow tidak dilibatkan pada detail-detail teknisnya. Maltzan tetap menekankan bahwa Kementerian Luar Negeri tetap diberitahu mengenai tren-tren kolaborasi militer Jerman-Rusia “...dalam rangka berkoordinasi dengan kemungkinan perkembangan dalam hubungan kita dengan Rusia.” Saat seorang ekonom Jerman, Wiedenfelt, pergi ke Moskow pada September 1921 dirinya diberitahu Maltzan bahwa negosiasi militer sedang berjalan tetapi dirinya tidak dilibatkan. Menurut Maltzan, semua calon menteri dan menteri keuangan telah dijelaskan operasi Reichswehr di Rusia oleh para senior mereka dan Kementerian Reichswehr.
Negosiasi Jerman dengan Rusia tidak hanya di bidang militer, Seluruh dunia ‘terkejut’ tentang seberapa jauh hubungan bilateral Rusia-Jerman ketika kedua negara memutuskan Perjanjian Rapallo pada 16 April 1922. Meskipun utamanya perjanjian ini adalah perjanjian ekonomi, bukan tidak mungkin bahwa perjanjian ini juga memiliki dampak politik. Dari awal sudah ada rumor bahwa perjanjian ini juga memuat kententuan-ketentuan militer yang rahasia. Ada bukti bahwa militer Jerman dalam negosiasi rutinnya dengan Soviet Rusia, telah melangkah jauh dari hak-hak yang diberikan oleh pemerintahan Jerman. Menurut Maltzan, Komisaris Urusan Luar Negeri Soviet Georgy Chicherin mengatakan kepada Kanselir Wirth menjelang Perjanjian Rapallo tentang janji-janji yang dibuat oleh Herr N (Niedermayer) yang mengatasnamakan Kanselir kepada Chicherin. Menurut Maltzan, “Wirth marah besar dan dihadapanku dia membenarkan statement Herr N kepada Chicherin”. Count Brockdorff-Rantzau, duta besar Jerman yang pertama di Moskow setelah Perjanjian Rapallo mengatakan “...otoritas militer di Moskow hingga November 1922 melanjutkan perjalanan mereka sendiri ke Moskow dan Niedermayer menampilkan rencana-rencana fantastis di hadapan orang-orang Rusia yang awalnya dianggap serius tetapi lama kelamaan diakui sebagai hal yang tidak mungkin.”
Ulrich von Brockdoff-Rantzau. |
Brockdorff-Rantzau adalah orang yang paling berpengaruh dalam hubungan Rusia-Jerman selama dekade 1920-an. Sejak akhir perang, sikapnya terhadap Uni Soviet mengalami perubahan. Menjelang Perjanjian Versailles, dirinya menentang keberpihakan satu sisi Jerman dalam perang baik kepada Barat untuk melawan Rusia maupun kepada Rusia untuk melawan Barat. Setelah di bawah ketentuan-ketentuan Versailles yang terlihat kejam, dirinya meninggalkan segala bentuk pertentangan yang ditujukan terhadap upaya pendekatan Jerman terhadap Rusia. Sementara dia sadar akan bahaya Bolshevisme, dirinya merasa bahwa ini tidak lebih jahat “...daripada konsekuensi dari helotisme yang tidak bermartabat dimana musuh-musuh kami yang rakus telah menekan kami turun temurun.” Brockdorff-Rantzau juga mengusulkan agar dirinya mengepalai misi ke Moskow pada 1920 dan 1921, meski tidak membuahkan hasil. Namun, Perjanjian Rapallo, sama seperti hal itu mencerminkan keinginan Brockdorff-Rantzau sendiri untuk suatu pendekatan dengan Rusia, sama sekali tidak memenuhi persetujuan penuhnya. Karena menurutnya waktu dan metode perjanjian tersebut tidak menguntungkan. Dirinya juga pernah ditawari sebagai duta besar oleh Presiden Ebert pada Mei 1922, dan mengakui bahwa perjanjian tersebut akan menjadi titik balik bagi hubungan luar negeri Jerman sehingga dalam kondisi tersebut dirinya dapat menerima penunjukkan tersebut. Saat konfirmasinya masih tertunda pada musim semi 1922, dirinya menjadi waspada dengan relasi yang berkembang antara Reichswehr dan Rusia. Rantzau menentang aliansi dengan Rusia karena dianggap prematur dan berbahaya, karena akan membuat Jerman terisolasi dan bergantung pada Uni Soviet. Kontroversi yang terjadi, khususnya antara Rantzau dan von Seeckt, hampir mencegah Rantzau pergi ke Moskow. Hanya setelah diyakinkan bahwa perjanjian dan seluruh upaya pendekatan tersebut tidak termasuk di bidang militer, barulah Rantzau menerima penunjukkannya sebagai duta besar.
Tetapi pihak militer tetap saja tidak memberitahu seluruh kesepakatannya dengan Rusia kepada duta besar. Pada Desember 1922, Rusia meminta agar orang terkemuka Reichswehr dipercayakan untuk melakukan negosiasi, dan Jenderal Otto Hasse selaku staf umum (Truppenamt) mengepalai misi militer ke Moskow pada Februari 1923. Brockdorff-Rantzau diberitahu atas hal ini, tapi tidak terlibat dalam negosiasi ini. Dalam suratnya kepada Menlu von Rosenberg, dirinya mengatakan “...lagi-lagi militer melakukan kebijakan yang sewenang-wenang.” Dirinya mengatakan bahwa ia punya tujuan yang sama dengan militer, tetap dia ingin agar arahannya menuju hal tersebut tidak diambil seenaknya dari dirinya sambil membenarkan ucapan Radek bahwa “...kesalahan Jerman adalah mereka tidak bisa menunggu.” Misi Hasse pun akhirnya gagal, sebagian lagi karena pemimpinnya bukan orang yang paling gesit dalam negosiasi, dan sebagian lagi karena Trotsky yang pada waktu itu menjabat sebagai Komisaris Perang (kira-kira setara Menteri Pertahanan) jatuh sakit. Untuk melanjutkan negosiasi, misi kedua dikirmkan pada akhir April 1923 dibawah Letkol Mentzel dan Mayor Tschunke. Brockdorff-Rantzau sekali lagi mengingatkan agar dirinya terus dikabari mengenai kemajuan negosiasi tersebut. Dua minggu kemudian, Brockdorff menulis bahwa Mentzel lebih baik dibanding Hasse dan sudah mencapai keberhasilan tertentu. Tetapi dia kembali mengeluh bahwa Mentzel gagal memberitahunya tentang beberapa poin penting dan terlalu buru-buru menjalankan urusannya dengan Rusia, menawarkan mereka 35 juta Goldmark tanpa imbal balik apapun
Pada akhir Juni, Reichswehr dan Kementerian Luar Negeri mencapai persetujuan di antara mereka “untuk melanjutkan dan memperluas urusan yang ada”, yaitu hubungan militer dengan Rusia. Beberapa hari kemudian, Kanselir Cuno bertemu dengan Hermes (Menteri Keuangan), Albert (Menteri Rekonstruksi) dan Maltzan (Sekretaris Negara) untuk mendiskusikan pembiayaan upaya terhadap Rusia, tentang pentingnya hal-hal yang akan menjadi kesepakatan umum. Untuk menyamakan pandangan dengan Rusia agar pemahamannya lebih jelas, Brockdorff-Rantzau menyarankan supaya perwakilan Rusia diundang ke Berlin. Perwakilan Rusia ragu-ragu untuk menerima undangan tersebut, karena mereka tidak diberi tahu apa sebenarnya yang akan dibahas pada pertemuan tersebut dan karena Reichswehr mencoba untuk mencegah kunjungan mereka. Akhirnya pada 22 Juli 1923, Rozengolts (atau Raschin) datang ke Berlin dan seminggu kemudian dirinya bertemu dengan pejabat tinggi sipil Jerman. Menjelang pertemuan itu, Brockdorff menyusun memorandum untuk Kanselir Cuno dimana dia mengungkapkan pandangannya terkait permasalahan militer. “Ide dasar di balik kebijakan Rusia-nya Kanselir Wirth sudah disuarakan. Tetapi eksekusinya kacau dan akhirnya gagal”, tulis Brockdorff. Agar tidak membebani pemerintah dengan tanggung jawab negosiasi itu, Wirth tidak diinformasikan dengan baik perihal negosiasi Reichswehr sehingga memungkinkan untuk memulai skema yang jauh lebih banyak menguntungkan Rusia daripada Jerman. Sementara itu karena negosiasi menggunakan kepentingan politik sehingga harus dilaksanakan oleh otoritas politik bukannya militer, lanjut Brockdorff. Untuk selanjutnya, Brockdorff mengusulkan agar tidak hanya melanjutkan, tapi juga memperluas kerjasama yang sudah ada dengan syarat pada kondisi teknis-militer dan politik tertentu. Ada monopoli Jerman yang sesungguhnya di perusahaan persenjataan Rusia yang menerima bantuan Jerman, sehingga tidak ada kekuatan lain yang bisa berinvestasi dan tidak ada warga negara asing selain orang Jerman yang dapat dipekerjakan di dalamnya. Tentang kondisi politik, Brockdorff mengatakan “Tidak ada masalah tentang aliansi politik atau militer. Tapi kita harus berusaha mengamankan diri kita melawan kemungkinan yang paling berbahaya, sebuah serangan oleh Polandia.” Karena Polandia tidak akan berani melakukan serangan semacam itu tanpa bantuan Perancis, “persekutuan tersebut secara tak langsung mengamankan kita dari serangan Perancis.” Brockdorff juga menulis “...karena pertama-tama, Rusia membutuhkan kita untuk membangun kembali industri persenjataannya, dan membutuhkan kita dengan segera karena mereka tidak menemukan kekuatan lain untuk tugas ini; Kedua, karena (jika ada) sebuah serangan Polandia terhadap Jerman yang sukses, menguatnya Polandia akan sangat membahayakan Rusia sehingga mereka punya kepentingan yang vital untuk mencegah hal tersebut.”
Saat memorandum tersebut ditampilkan, Brockdorff-Rantzau tidak menentang kebijakan militer Jerman di Rusia. Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa dirinya memiliki tujuan yang sama dengan militer, hanya berbeda pada metodenya. Dia merasa bahwa Jerman akan mendapat konsesi yang lebih besar dari Rusia, tidak hanya secara militer tapi juga politik. Ini sebagai bantuan untuk rencana politiknya yang dihargai oleh Brockdorff-Rantzau dan mendukung ikatan militer yang sedang dikembangkan oleh Reichswehr. Tapi bagaimana dia memandang hubungan Jerman dengan Rusia jika dia tidak menginginkan persekutuan politik dan militer dengan Rusia? Sebuah memorandum yang dia tulis sebelum ke Moskow telah menjawabnya. “Tujuan segera kebijakan kami adala harus ada janji dari Rusia jika terjadi serangan Sekutu terhadap perbatasan Jerman.” Janji tersebut menurutnya bukan aliansi militer, tetapi lebih kepada kesepakatan pertahanan. Imbal balik dari konsesi tersebut adalah Jerman akan membantu Rusia dalam merekonstruksi ekonomi dan militernya. Namun Brockdorff-Rantzau menyimpulkan bahwa “...promosi kekuatan militer Rusia hanya boleh sejauh yang diperlukan untuk menjaga Polandia dan mengawasi Entente Kecil (sebuah persekutuan antara Cekoslovakia, Yugoslavia dan Romania untuk mengantisipasi pembalasan kekalahan Hongaria di PD I) serta membantu pembangunan menuju Timur (India).”
Pertemuan dengan pihak Rusia (Rozengolts, Krestinsky dan Ustinov) berlangsung dengan sangat rahasia pada 30 Juli 1923 di apartemen Ernst Rantzau, adik Brockdorff-Rantzau. Berlangsung selama 3 jam dengan suasana yang informal dan ramah. Cuno memulai dengan menghubungkan bagaimana, sebagai direktur Hamburg-America Line, dia telah menjadi salah satu orang pertama yang mendukung hubungan ekonomi yang erat dengan Uni Soviet. Dia memulai dengan dua ketentuan yang digarisbawahi oleh Brockdorff pada memorandum sebelumnya perihal posisi khusus Jerman dalam industri senjata Rusia dan perlindungan dari serangan Polandia. Tapi Cuno menekankan bahwa Jerman telah mencegah untuk menimbulkan kesan sedang mempersiapkan perang balas dendam. Semakin tidak mencolok maka semakin beruntung mereka, lanjutnya. Rozengolts secara keseluruhan tampaknya telah bereaksi positif terhadap proposal Cuno, dan dia menjanjikan balasan tertulis dari pemerintahannya. Rencana sementara untuk menutupi ekspansi industri senjata Rusia dan produksi peralatan perang untuk Jerman kemudian disetujui oleh Reichswehr dan Rozengolts. Negosiasi ini akan disimpulkan oleh Brockdorff-Rantzau di Moskow. Brockdorff sendiri tampaknya puas dengan negosiasi ini. Fakta bahwa Rusia telah datang ke Berlin dan telah berjanji untuk membuat proposal balasan tertulis membebaskan Jerman dari tanggung jawab tunggal jika negosiasi bocor ke luar. Selanjutnya, program kerjasama militer Jerman-Rusia telah dikombinasikan dengan kondisi politik yang jika mereka tidak dihargai oleh Rusia, maka bisa menjadi alasan Jerman untuk menarik kembali bantuan militernya. Langkah selanjutnya adalah menyiapkan dananya. Jumlah 35 juta Goldmark yang dijanjikan Mentzel sudah tidak lagi memadai sehingga dinaikkan lagi menjadi 75 juta Goldmark. Perlu ada beberapa pertemuan lagi antara pejabat pemerintah, anggota Reichswehr dan para pengusaha industri Jerman sebelum kenaikan jumlah dana ini disetujui. Brockdorff-Rantzau mengancam dia akan menolak bertanggung jawab atas hubungan politik Jerman-Rusia jika dananya tidak diberikan, yang kemudian Havenstein selaku presiden Reichbank menyetujui dana tambahan tersebut yang menguras sumberdaya Jerman.
Saat Brockdorff bersiap ke Moskow, peluang kesepakatan Rusia-Jerman yang jauh jangkauannya di bidang militer tampaknya menjanjikan. Menjelang kepergiannya, dirinya memanggil Presiden Ebert dan Stresemann (calon kanselir pengganti Cuno). Di luar dugaan, ternyata keduanya benar-benar menolak kesepakatan militer apapun dengan Uni Soviet dan meminta bahwa kerjasama dengan Uni Soviet hanya sebatas bidang ekonomi. Setelahnya, dia pergi ke Moskow dan tidak sungguh-sungguh menekan ketentuan-ketentuan yang didiskusikan sebelumnya bersama Rozengolts dkk. Saat Radek menjanjikan balasan segera dari Rusia, Brockdorff menganggap semua masalah tersebut sebagai ‘akademis’. Dinginnya tanggapan Jerman ini menyinggung Radek. “Kau tidak bisa berharap pada jutaan uang yang kau tawarkan kepada kami, kami akan melakukan kewajiban politik sepihak. Mengenai monopoli yang kau minta untuk industri Jerman, kami sama sekali tidak berniat memberikannya. Sebaliknya, kami mengambil semua peralatan militer yang kami butuhkan dimanapun kami bisa menemukannya. Sehingga kami telah membeli pesawat terbang dari Prancis dan juga akan mendapatkannya beberapa lagi dari Inggris.” Tampaknya asumsi Brockdorff bahwa Rusia lebih membutuhkan Jerman terlau optimis. Pada 22 Agustus, delegasi yang terdiri dari Direktor Eckhardt, Direktor Fritz Teichmann (Gesellschaft zur Förderung Gewerblicher Unternehmungen G.m.b.H.), Direktor Freiherr von Hagen (Chemische Werke Stolzenberg, Hamburg), dan Professor Egon Graf datang ke Moskow. Maltzan mengingatkan mereka agar jangan sampai pada kesepakatan mengikat sebelum kembali kepada Duta Besar. Tapi hal tersebut tidak menghentikan militer untuk melancarkan taktik mereka secara bebas.
Waktu itu, Reichswehr sudah punya markas sendiri di Moskow, yang disebut Zentrale Moskau atau “Z. Mo”. Debat panas terjadi antara Brockdorff dan Reichswehr soal penunjukan perwakilan Reichswehr di Rusia. Brockdorff memilih Mayor Fischer dan Sondergruppe R yang terkenal dalam perundingan Versailles dan dikenal berpengalaman dan bijak. Sementara Reichswehr bersikeras memilih Tschunke atau Niedermayer yang tak disukai Brockdorff. Keduanya datang ke Rusia pada musim gugur 1923 dan Brockdorff sangat curiga dengan Niedermayer yang dianggap sebagai petualang yang tidak masuk akal dan tidak bermoral. Reichswehr kemudian “memensiunkan” Niedermayer dan bersikeras dirinya menjadi lebih tua dan tenang sejak debutnya di Rusia pada 1921. Tschunke akhirnya ditunjuk sebagai kepala perwakilan Reichswehr di Rusia. Kepala tertinggi Zentrale Moskau, Kolonel von der Lieth-Thomsen, masih di Berlin meski pada Oktober 1923 dan Maret 1924 mengunjungi Rusia untuk menginspeksi AU Soviet dan industri pesawat Soviet atas izin Rozengolts.
Von der Lieth-Thomsen. |
Karena penolakan presiden Ebert dan Stresemann atas kerjasama militer dengan Soviet dan mencegah kesewenangan Reichswehr, maka Brockdorff menyarankan agar membatasi aktivitas Jerman di Rusia secara drastis. Dia merekomendasikan agar tidak ada sepeserpun uang Jerman keluar untuk peralatan perang di Rusia, untuk membatasi semua pesanan seminimal mungkin dan menggunakan kredit yang diberikan oleh Reich untuk mendukung industri Jerman di Rusia, bukan untuk kegunaan militer tapi industri yang secara tidak langsung melayani pemersenjataan kembali dan jika dibutuhkan, bisa dirubah menjadi industri perang. Dia menunjuk “Herr Brown” untuk ke Moskow dan menemukan bahwa militer sudah masuk ke dalam perjanjian yang ceroboh dan menimbulkan bencana. Ada beberapa harapan, seperti yang ditulis Brockdorff, agar para anggota Reichswehr saling bertentangan soal urusan di Rusia.
Fakta bahwa ada perselisihan tidak hanya antara Reichswehr dan Kementerian Luar Negeri tapi juga di dalam Reichswehr sendiri terungkap dalam curhatan antara Brockdorff-Rantzau dan Niedermayer. Ada keraguan pada siapa yang memerintah di kerjasama militer Jerman-Rusia. Niedermayer mencoba beberapa kali bertemu duta besar (Brockdorff) untuk meluruskan perbedaan-perbedaan diantara mereka. Brockdorff mengeluhkan blunder masa lalu Niedermayer, tapi Niedermayer menyatakan bahwa apa yang dia lakukan sesuai dengan instruksi atasannya yang kemudian meninggalkannya dalam kesulitan. Sebagai tentara, tangannya terikat dan tak bisa berkomentar. Tapi sekarang “dirinya siap untuk melawan atasannya, untuk mencegah orang melakukan tindakan yang lebih membahayakan”, tulis Brockdorff. Menurut Niedermayer "kesepakatan yang sejauh ini telah disimpulkan begitu berbahaya sehingga menurut pendapatnya, Herr von Seeckt harus bertemu dengan menteri luar negeri secara pribadi" untuk menyelamatkan situasi. Solusi terbaik, katanya, sebaiknya membatalkan kesepakatan dengan Rusia. Karena alasan politis yang tidak dapat dilakukan, beberapa cara harus dicari untuk mengubah kolaborasi militer yang ada secara bertahap menjadi masalah ekonomi saja.
Pada pertengahan 1924, Gesellschaft zur Förderung Gewerblicher Unternehmungen (G.m.b.H. atau Gefu) yang didirikan Reichswehr untuk hubungan industri-militer langsung dengan Rusia dan Z. Mo. di Moskow pasti memiliki kepentingan. Begitu juga konsesi yang dimiliki oleh Junkers, Stolzenberg dan Krupp di berbagai bagian di Rusia. Sebelum 1925, kolaborasi militer Rusia-Jerman hampir secara eksklusif mencakup industri untuk keperluan militer dengan Jerman sebagai pemasok bantuan teknis dan finansial dan dalam beberapa kasus mendirikan perusahaan Jerman di tanah Rusia. Tapi bentuk kerjasama ini belum terlalu sukses. Setelah dimulai pada 1924, Jerman memulai babak baru dalam kerjasamanya dengan Rusia. Kali ini tidak begitu memperhatikan produksi itu namun lebih fokus pengujian peralatan perang dan pelatihan personelnya dengan senjata yang dilarang dalam Perjanjian Versailles. Reichswehr mengoperasikan tiga stasiun pelatihan dan eksperimen di Rusia yaitu di Lipetsk (pesawat terbang), Saratov (gas) dan Kazan (tank). Langkah ini bukan berarti Jerman sepenuhnya meninggalkan kerjasama di bidang industri.
Pada 1926, Gefu dibubarkan karena kinerjanya tidak terlalu baik dan menyelewengkan dananya untuk melakukan spekulasi keuangan di Belanda. Tugasnya kemudian diambil alih oleh sebuah lembaga baru yaitu Wirtschaftskontor atau disingkat Wiko. Dengan penunjukkan Kolonel Thomsen di Moskow (mungkin pada Mei 1924), hubungan Kedutaan Besar di Moskow dan Zentrale Moskau jadi lebih ramah. Meningkatnya hubungan tersebut tercermin dalam beberapa kasus. Misalnya ketika sebelumnya komunikasi antara Z. Mo. dan Gefu melalui Narkomindel/Kementerian Luar Negeri Soviet dan kurir Rusia (karena Reichswehr takut surat-suratnya dibaca Kementerian Luar Negeri Jerman), maka kali ini Reichswehr menggunakan kurir dan layanan kode dari Kedutaan Besar di Moskow sehingga komunikasi rutin antara Z. Mo dan Kementerian Reichswehr bisa diketahui oleh Kedubes Jerman di Moskow dan Kemenlu Jerman.
Pada April 1924, Junkers melepaskan anak perusahaannya di Rusia karena baik Rusia atau Reichswehr tidak cukup banyak membeli pesawat-pesawatnya. Brockdorff segera mengintervensi dan mengatakan kepada Berlin bahwa likuidasi anak perusahaan Junkers harus dicegah dengan berbagai cara. Beberapa minggu kemudian Brockdorff membawa masalah ini agar diperhatikan oleh Trotsky secara pribadi dan mengeluh bahwa Rusia tidak begitu serius dalam kerjasamanya dengan Jerman. Kerjasama antara Reichswehr dengan Tentara Merah terus berlanjut. Pada Juni 1924 Mayor Fischer, Kapten Vogt dan Kolonel Thomsen berdiskusi dengan Rozengolts tentang pengiriman 10 penerbang Jerman ke Uni Soviet. Januari 1925 Rozengolts pergi ke Berlin untuk berdiskusi dengan Hasse dan Juli 1925 Sekretaris Negara von Schubert memberitahu Brockdorff bahwa delegasi perwira Jerman berencana akan ikut dalam latihan militer Tentara Merah di bulan selanjutnya dan akan ada kunjungan balasan oleh perwira Tentara Merah yang akan menyamar sebagai perwira dari Bulgaria untuk mengunjungi latihan militer Reichswehr. Brockdorff tidak begitu antusias mendengarnya. Dia menganggap hal ini mungkin bisa membantu hubungan politik kedua negara dan menambahkan bahwa diharapkan agar peristiwa ini punya efek berarti dalam “tujuan perang bersama” (yaitu aksi Rusia-Jerman menghadapi Polandia) meski dianggap mustahil. Sebuah laporan dari delegasi Reichswehr di Rusia menyebutkan sambutan positif dari Rusia dengan “...bantuan berharga di segala aspek, akses tak terbatas ke berbagai instalasi dan operasi [di Rusia]. Hubungan personal yang sangat santun.”
Meski hubungan Kedubes di Moskow dan Z. Mo membaik, para negosiator kalangan militer maupun sipil Jerman belum membawa keuntungan politik dari kerjasama militer Jerman dengan Rusia. Pada Desember 1924 Soviet sudah memberikan beberapa petunjuk tentang persekutuan militernya dengan Jerman, tetapi Brockdorff tetap menentang jika kerjasama ini sampai kebablasan. Yang dia inginkan adalah persetujuan politik yang dapat digunakan untuk melawan keterlibatan Jerman di Barat dan menekan Polandia. Menurutnya dari kerjasama ini tidak ada kepentingan politik yang bernilai yang diberitahukan kepadanya. Dia juga mengaku tidak diinformasikan secara jelas mengenai status negosiasi tersebut sehingga keuntungan politik dan ekonomi yang didapat dari Rusia dan akan dibalas dengan konsesi militer tidak bisa diperoleh. Brockdorff juga meminta agar Reichswehr dicegah supaya tidak menjalin hubungan langsung dengan politisi-politisi Soviet dan perwakilan tunggal Reichswehr (Kolonel von der Lieth-Thomsen) harus bertanggung jawab kepadanya, dan Duta Besar diberikan kontrol eksklusif soal dana yang akan digunakan untuk keperluan militer di Uni Soviet.
Pada waktu itu, Jerman sedang membuat perjanjian netral dengan Rusia yang akan ditandatangani pada 24 April 1924 di Berlin. Saat itu sedang berlangsung, datanglah misi Rusia yang dipimpin Wakil Komisaris Urusan Perang Unshlikht. Jamuan makan siang digelar oleh Dubes Soviet untuk Jerman Krestinky dan dihadiri Kanselir Luther, Stresemann, Schubert, Seeckt dan Jenderal Wetzell. Unshlikht memaparkan rencana besar Rusia untuk memproduksi artileri berat, gas beracun, instrumen presisi (pembidik), dan lain-lain. Kanselir membalas bahwa Jerman siap dengan seluruh kerjasama perdamaian dengan Rusia, tanpa menyinggung masalah militer sama sekali. Seorang saksi mengatakan “...Orang Rusia terus membicarakan persenjataan sementara kami terus membicarakan hal lain.” Hal ini tampaknya tidak menggangu Unshlikht, sementara Seeckt tetap diam.
Schubert dalam suratnya untuk Brockdorff-Rantzau menguraikan prospek dan konsekuensi atas rencana paparan Unshlikht. Keuntungannya secara militer dan politis, sangat jelas karena memberikan Jerman pijakan di Rusia yang nanti akan mempengaruhi hubungan Rusia dengan Perancis dan Polandia. Kerugiannya, “...jika usaha tersebut ketahuan, maka kita akan kehilangan kepercayaan politik dari seluruh dunia.” Jadi, pada statemen ini dan sebelumnya, dapat diketahui sikap pemerintah terhadap relasi antara Reichswehr dan Uni Soviet didasari atas ketakutan bahwa jika seluruh dunia mengetahui kesepakatan-kesepakatan tersebut, maka akan membuat Jerman benar-benar terisolasi dan sangat bergantung pada Uni Soviet. Sementara Reichswehr tidak terlalu peduli dengan ketakutan ini. Pertukaran tahanan politik mulai didiskusikan kedua negara pada 1926. Kerjasama dua negara ini hampir hancur pada kasus pembebasan Skoblevksy, seorang warga negara Soviet yang berencana membunuh beberapa tokoh Jerman, termasuk von Seeckt. Rusia sangat bersemangat tapi Jerman menolak membebaskannya. Dalam surat daruratnya untuk Stresemann, Brockdorff menulis bahwa penolakan ini akan punya dampak serius. Rusia mungkin akan membocorkan semua kerjasama militernya dengan Jerman. Seluruh kabinet, dibawah Brockdorff, setuju dengannya. Hanya Reichswehrminister Gessler, didukung kolonel von Schleiher dan Mayor Fischer yang tetap menolak membebaskan Skoblevsky. Masalah akhirnya diselesaikan sesuai dengan saran Brockdorff, tapi Gessler tetap bersikeras, bahkan mengancam untuk mengundurkan diri.
.
BENTUK KERJASAMA MILITER
.
Kementerian Luar Negeri mencoba mengklarifikasi sejauh mana hubungan militer Jerman dengan Rusia telah melanggar pasal-pasal Perjanjian Versailles. Contohnya adalah:
-) Jerman mendukung, dengan dana dan personil, industri persenjataan Rusia dan anak perusahaan Junkers di Moskow. Hal ini melanggar Pasal 170.
-) Kerjasama serupa pada pada pabrik gas beracun di Ivoshenko yang memproduksi gas untuk Jerman. Ini melanggar pasal 171.
-) Jerman mengirim misi militer AD, AL dan AU ke Uni Soviet (Hasse, Mentzel, Wilber, Vogt dan Spindler). Ini melanggar pasal 179.
Selain itu dengan sepengetahuan dan dukungan Pemerintah Jerman, mantan perwira yang khususnya dipensiunkan untuk hal ini, menjadi instruktur di AU Soviet. Selain pelanggaran yang jelas ini, nota Menteri Luar Negeri tersebut menyebutkan kegiatan Jerman lainnya di Rusia, "yang mungkin bukan merupakan pelanggaran langsung terhadap surat Versailles," tapi yang, “jika diketahui, mungkin akan membahayakan pemerintah Jerman”. Dalam kategori ini termasuk partisipasi Jerman dalam industri militer Rusia bahkan jika produk mereka tidak dikirim ke Jerman dan pelatihan personil Jerman di Lipetsk dan Kazan. Kekuatan Barat pun sebenarnya sudah mengetahui adanya hubungan antara Jerman dan Rusia, bahkan intelijen Perancis dan Polandia memiliki informasi yang sangat baik mengenai hal ini.
Paruh kedua 1926, terjadi semacam serangkaian ‘kebocoran’ yang ironisnya bukan terjadi di Soviet, tapi di Jerman sendiri. Meski demikian, insiden ini tidak begitu berpengaruh bagi hubungan Jerman dengan Barat. Pada musim semi 1926, Reichswehr memindahkan granat dalam jumlah besar yang diproduksi pada tahun-tahun sebelumnya di Soviet ke Jerman. Brockdorff mengingatkan kembali bahwa tindakan tersebut sangat berbahaya, tetapi Reichswehr menyatakan bahwa tindakan pencegahan sudah dilakukan. Harian Manchaster Guardian edisi 3 dan 6 Desember 1926 tidak hanya menyatakan soal pengangkutan amunisi dari Leningrad ke Stettin, tapi juga membeberkan semua aspek kerjasama Rusia-Jerman, meski ada beberapa hal yang tidak dipaparkan harian tersebut. Inilah situasi yang ditakuti Brockdorff-Rantzau selama ini. Baik Jerman maupun Soviet sangat menghawatirkan konsekuensi akibat terungkapnya kerjasama ini.
Pada tanggal 19 November 1926, Brockdorff-Rantzau mengadakan diskusi yang paling mencerahkan dengan Reichswehrminister Gessler tentang masalah hubungan militer Rusia-Jerman. Gessler memandang seluruh masalah ini murni urusan politik. Brockdorff berpendapat dirinya tidak diberitahu secara rinci kesepakatan-kesepakatan militer Jerman dengan Rusia. Inti dari diskusi tersebut adalah Jerman membutuhkan kebijakan baru mengenai kerjasama dengan Rusia tanpa memutuskan hubungan dengan Rusia. Setelah diskusi tersebut, nota Kemenlu Jerman tanggal 24 Desember 1926 menyatakan bahwa kebocoran informasi tersebut tidak merusak hubungan Jerman dengan Barat dan Timur seperti yang ditakutkan. Nota tersebut menyatakan bahwa mengakhiri seluruh hubungan dengan Soviet adalah tidak mungkin, tidak perlu dan tidak berguna. Selain itu nota tersebut juga mengatur pengurangan aktivitas militer Jerman di Rusia. Jenderal Wetzell dalam pertemuan 24 Januari 1927 menyatakan bahwa anak perusahaan Junkers, pabrik gas dan amunisi sudah berhenti beroperasi. Kini, kerjasama Jerman yang masih berfungsi di Soviet antara lain:
1) Sekolah penerbangan di Lipetsk, yang merupakan perusahaan swasta dan didukung Pemerintah Jerman,
2) Sekolah tank di Kazan, dengan status serupa sekolah penerbangan Lipetsk (tidak ada anggota Reichswehr yang aktif di sana dan siswanya menyandang status tidak aktif),
3) Beberapa eksperimen dengan gas beracun, dan,
4) Misi militer Jerman dalam latihan perang Tentara Merah.
Wetzell mengakui bahwa poin 1 dan 2 berlawanan dengan perjanjian, sementara poin 3 dan 4 dianggap legal. Ini benar-benar diperlukan, Wetzell menambahkan, untuk mendapatkan pengalaman dalam perang udara dan tank karena "kedua senjata ini akan memainkan peran yang menentukan dalam perang masa depan." Schubert, di sisi lain, bertanya-tanya apakah "keuntungan militer ini sangat menentukan untuk menebus risiko politik dengan terus melanjutkan operasi sekolah tank dan penerbangan. Tapi Wetzell menambahkan bahwa Rusia ingin segalanya tetap rahasia. Kemudian, saat Stresemann bertemu dengan Jenderal Heye menyetujui berlanjutnya operasi sekolah di Kazan dan Lipetsk meski tidak ada perwira aktif yang dikirim ke sana selama 1927. Satu misi militer Jerman yang paling penting dari sekian misi militer Jerman yang lain adalah misi militer yang dipimpin Jenderal Von Blomberg pada 1928. “Komisaris Urusan Perang Soviet Voroshilov memerintahkan untuk memperlihatkan semuanya pada kami dan memenuhi permintaan kami. Sambutan terhadap para perwira Jerman sangat ramah dan bersahabat”, tulis Blomberg. Blomberg juga mengunjungi beberapa fasilitas yang dibangun Jerman di Uni Soviet seperti Lipetsk, Kazan dan Saratov (stasiun eksperimen gas beracun Tomka yang operasinya dimulai di tahun yang sama). Menurut Blomberg, operasi fasilitas tersebut diharapkan mencapai kapasitas penuh pada 1929. Ia juga berdiskusi dengan Voroshilov dan menyatakan bahwa Voroshilov berjanji akan memberikan bantuan yang memungkinkan jika Jerman diserang oleh Polandia.
Ikatan antara Reichswehr dan Tentara Merah adalah salah satu faktor penting sekaligus sebagai penjaga hubungan Soviet-Jerman, setidaknya itu menurut Brockdorff-Rantzau. Pergantian orang-orang yang terlibat tampaknya tidak terlalu berpengaruh bagi kerjasama ini. Di Rusia, setelah Trotsky jatuh, Voroshilov dan Unshlikht terus melanjutkannya, sama seperti Litvinov setelah Chicherin mengundurkan diri pada 1930. Di pihak Jerman, Heye menggantikan Seeckt pada 1926, Groener menggantikan Gessler pada 1928, Dricksen menggantikan Brockdorff-Rantzau (setelah kematiannya pada 1928), dan Curtius menggantikan Stresemann yang juga meninggal pada 1929. Meski ada beberapa orang diantaranya tidak begitu terlibat lebih dalam, operasi Reichswehr di Rusia tetap berlanjut terlepas dari siapa yang bertanggung jawab atas kerjasama ini baik Militer Jerman ataupun Kemenlu Jerman.
Pada Oktober 1928, perusahaan Krupp dikunjungi oleh perwakilan Soviet yang meminta bantuan Krupp untuk produksi besi berkualitas tinggi dan artileri. Sebelum bertindak, Krupp berkonsultasi dulu dengan Kementerian Reichswehr yang setelah berkonsultasi dengan Kemenlu diputuskan agar langkah Krupp dilanjutkan. Banyak dari kesepakatan yang dibuat antara Krupp dan Soviet gagal saat ditemukan melanggar regulasi produksi senjata Jerman (kecuali penyediaan besi untuk Soviet). Dirksen, yang kini menjadi duta besar di Moskow, merasa bahwa ini adalah "kasus kolaborasi yang bermanfaat," yang cenderung disukainya, asalkan kepentingan Jerman cukup dijaga. Beberapa bulan kemudian Dirksen melaporkan bahwa Soviet mencoba membuat industri perangnya sendiri di bawah arahan “Herr Ulrich”, yaitu Jenderal Soviet Ieronim Uborevich, Orang Lithuania yang menjadi kepala persenjataan. Untuk mencapai tujuan itu, Soviet membutuhkan bantuan asing dan mereka mengharapkannya dari Jerman. Untuk membantu pembangunan ini, Soviet mengandalkan layanan seorang konsultan Jerman, “Herr Ludwig” atau Jenderal Ludwig, mantan Chef des Waffenamtes (Chief of the Weapons Office) di Reichswehr. Ludwig melaporkan pada 1930 kepada Ministerialdirektor Trautmann bahwa kerjasama dengan Soviet meliputi pembuatan senjata antipesawat hingga gas beracun. Tidak akan ada kerugian militer bagi Jerman saat membantu Soviet, tegas Ludwig. Pendapat ini didukung oleh Mayor Behschnitt dari Kementerian Reichswehr, bahwa dengan sambutan terhadap industri persenjataan Jerman akan mendatangkan lebih banyak uang dan pengalaman. Jika Jerman tidak menolong Rusia, maka negara lain yang akan melakukannya, tegas Behschnitt.
Namun, Kemenlu Jerman tidak begitu tertarik. Trautmann sangat skeptis dan menyarankan agar tidak berusaha mengambil keuntungan politis dari permintaan Rusia itu. Kopke, Deputi Sekretaris Negara Schubert, sedikit optimis dan tidak punya syarat khusus untuk masalah ini meski dirinya merasa tidak nyaman. Schubert setuju dengan Trautmann dan minta agar keputusan akhir ditunda hingga dirinya kembali dari luar negeri waktu itu. Ketika Krupp gagal meratifikasi kesepakatannya dengan Rusia, maka Rusia beralih ke perusahaan besar lainnya yaitu Rheinmetall sebagai sponsor program persenjataan Soviet. Akhir Januari 1930, Eltze selaku direktur Rheinmetall melaporkan hasil diskusi dengan pihak Soviet ke Kemenlu Jerman. Direktur Eltze cukup tegas dalam keinginannya untuk tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan keinginan Kemenlu Jerman dan menciptakan kerumitan politik untuk Jerman. Aktivitas yang dilakukan Rheinmetall, sebagaimana perusahaan Jerman lain yang bermitra dengan Rusia, kemungkinan bisa diketahui dunia luar dan tentu akan menimbulkan kerumitan politik. Trautmann setuju akan keuntungan militer yang didapat, tapi mempertanyakan apakah keuntungan ini sebanding dengan resikonya.
Pada awal Februari 1930, Rheinmetall dan Uni Soviet mencapai kesepakatan sementara. Rheinmetall berjanji menempatkan dan membagi menjadi 6 pembangunan senjata yang terpisah (kebanyakan artileri) pada Rusia, yang 4 diantaranya telah digunakan oleh Reichswehr. Senjata tersebut akan dibuat di Rusia dengan bantuan biro pembangunan Jerman dan bantuan material Jerman. Keuntungan dari proyek ini berkisar hingga 4 juta Mark. Tetapi saat Schubert bertemu dengan para stafnya, diputuskan untuk meminta Rheinmetall tidak meneken kesepakatan itu. Jika ini tidak dapat dilakukan tanpa menimbulkan kerusakan politik yang serius, maka Eltze harus memperjelas bahwa dia bertindak sepenuhnya atas risikonya sendiri tanpa persetujuan dari Kemenlu. Menurut Schubert, ide Rheinmetall tersebut ditolak karena banyak kabinet tetap kukuh menentang ekspansi industri semacam itu di Rusia.
Pada 10 Februari, Jenderal Hammerstein, memanggil Schubert dan menjelaskan bahwa awalnya Reichswehr berharap bahwa kerjasama tersebut murni ekonomi. Tetapi Soviet memandangnya dari segi politik dan mengancam jika kesepakatan itu gagal, hubungan antara militer Jerman dan Soviet tidak akan bisa dipertahankan. Oleh karena itu kesepakatan tersebut sangat penting. Di sisi lain, Schubert takut jika suatu hari Rusia akan melawan Jerman dengan serangan langsung dan memicu revolusi dunia. Hammerstein mengatakan selama Soviet puas, sebuah revolusi tidak akan terjadi dan kesepakatan tersebut adalah alat pemuasnya. Pada hari itu juga masuk dua surat. Surat dari Duta Besar Moltke memperingatkan agar jangan mengintervensi kerjasama Soviet-Rheinmetall karena kerjasama militer Rusia-Jerman akan dipertaruhkan. Sementara surat Dirksen untuk Trautmann menyatakan bahwa Jerman harus mengambil keuntungan dari kebutuhan Soviet akan bantuan militer. Hasil dari peringatan Hammerstein dan dua surat yang masuk menyimpulkan bahwa batalnya kerjasama dengan Rheinmetall akan berdampak serius pada hubungan kedua negara. Perjanjian awal antara Rheinmetall dan pemerintah Soviet ditandatangani pada 10 Februari 1930. Jenderal Ludwig hadir dan Jenderal Uborevich di bawah pengaruh vodka mengatakan bahwa Soviet dalam 2 tahun belum siap akan penyesuaian dan perang melawan Polandia. Beberapa hari kemudian Uborevich membalas kunjungan ke Jerman untuk menginspeksi bahan baku dan persenjataan yang dijanjikan Rheinmetall untuk dikirim ke Uni Soviet. Inilah hubungan awal Rusia-Jerman yang sukses. Rheinmetall kemudian segera menemukan kekurangan dan menolak untuk meratifikasi perjanjian tersebut. Perwakilan perusahaan dan Soviet menyepakati beberapa draft yang baru, tetapi jajaran direktur Rheinmetall tidak ada yang menyetujuinya. Dirksen dalam beberapa telegram darurat mengingatkan konsekuensi politik yang serius akan hal ini. Jenderal Uborevich menyesalkan bahwa terganggunya perjanjian ini akan menimbulkan dampak serius terhadap hubungan ekonomi dan politik kedua negara.
Hal ini mengakhiri kisah kolaborasi militer Soviet-Jerman selama tahun 1920-an, seperti yang terungkap dalam dokumen Kementerian Luar Negeri Jerman. Keterlibatan Reichswehr atau militer Jerman dengan Soviet sebenarnya tidak begitu kebablasan seperti yang dicurigai banyak orang. Terungkapnya rahasia ini secara samar-samar menjadi cara untuk memperbesarnya. Juga tidak dilakukan dengan efisiensi dan kelancaran tujuan yang diharapkan dari militer Jerman. Ada ketidakpastian dan improvisasi tentang usaha Reichswehr di Rusia. Ini, tidak diragukan lagi, sebagian karena kerahasiaan di mana harus beroperasi dan firasat tak enak bahwa ‘petualangan’ Rusia suatu hari mungkin menjadi bumerang daripada sebuah anugerah bagi Jerman. Jenderal von Seeckt, aktor dibalik upaya Reichswehr menjalin hubungan dengan Soviet, tidak pernah bisa melihat sendiri hasil sesuatu yang telah direncanakannya. Arahan sebenarnya untuk operasi Reichswehr di Uni Soviet berada di orang-orang seperti Niedermayer atau Tschunke, perwira yang setia yang bisa menyimpan rahasia dan dalam keadaan darurat bisa menyangkalnya. Karena ketiadaan figur menonjol di kalangan Reichswehr, membuat Duta Besar Jerman di Moskow mengawasi militer Jerman beserta kepentingan politiknya. Dan karena tujuan otoritas sipil Jerman tak selalu sejalan dengan tujuan militernya, maka semakin bertambah ketidakpastian akan operasi Reichswehr di Uni Soviet.
Faktanya, tidak hanya cabang militer Jerman yang secara aktif terlibat dalam kerjasama dengan Soviet ini, tapi juga seluruh unsur pemerintahan Republik Weimar. Tingkat keterlibatan setiap orang berbeda-beda. Wirth, Maltzan, Curtius bahkan Schubert tidak ingin terlibat sampai ke detailnya karena menurut mereka akan sangat mudah menyangkal hal yang tidak begitu mereka ketahui pada suatu hari nanti. Sementara Brockdorff-Rantzau dan Dirksen mengeluh karena tidak cukup tahu akan detailnya. Tidak pernah ada dimana sikap positif hubungan Soviet-Jerman tidak diiringi ketakutan seperti: Apa yang akan terjadi jika rencana ini ketahuan? Apa yang akan terjadi jika suatu hari nanti senjata buatan Jerman akan digunakan Soviet untuk melawan Jerman sendiri? Apa yang menjamin Soviet akan memegang janjinya dan memberikan material perang kepada Jerman jika dibutuhkan? Tidak ada alasan untuk meragukan keinginan yang jujur dan berulang-ulang dari setiap negarawan Jerman yang bertanggung jawab di era Republik Weimar bahwa kerjasama militer Jerman dengan Soviet mungkin akan dihentikan atau setidaknya dikurangi.
Kerjasama otoritas sipil Jerman dan Reichswehr terkait masalah Soviet dilakukan setengah hati namun tetap dekat. Harapan untuk memecahkan “Masalah Polandia” suatu saat nanti menghilhami orang-orang yang menjalankan kebijakan luar negeri Jerman untuk mempertemukan Tentara Merah Soviet dan Reichswehr. Jika para diplomat ingin memecahkan masalah tersebut melalui jalan damai, ini bukan karena mereka tidak menyukai perang tetapi karena kesadaran mereka bahwa berperang dengan Polandia berarti juga berperang dengan Perancis yang jika terjadi akan membawa kekalahan bagi Jerman. Untuk membentuk aliansi dengan Soviet, mungkin harus mendorong Soviet melawan Polandia sehingga Jerman terseret dalam sebuah perang dalam keadaan belum siap. Solusi ideal adalah mendapatkan jaminan bantuan dari Uni Soviet jika Polandia, akibat tekanan Jerman atau bahkan tanpa provokasi apapun, menyerang Jerman. Kritik terhadap Jerman menampilkan bahwa hal ini adalah usaha Jerman untuk balas dendam melawan Barat. Pihak pembela Jerman, telah mencoba menjelaskan kegiatan ini adalah manuver politik yang dapat dimengerti yang tidak diketahui pemimpin poltik Jerman. Politisi Jerman tentu saja mendapat informasi dan sering memberikan bantuan kepada Reichswehr dalam upayanya di Rusia. Kerjasama mereka tidak berarti sebuah persekongkolan, bukan karena mereka memiliki kebencian mendasar terhadapnya, tapi karena mereka tahu bahwa sebuah persekongkolan mengandaikan rasa percaya di antara para konspirator.
Sumber:
“Russo-German Military Collaboration During the Weimar Republic”, oleh Hans W. Gatzke, dalam jurnal “The American Historical Review”, Vol. 63, No. 3 (April 1958) hal. 565-597.
No comments:
Post a Comment